Written on 23.48 by Ed's-HRM
Bertahan
atau mati
Beberapa waktu yang lalu, penulis dikontak seorang kawan lama yang hampir
15 tahun tidak bertemu, dan kawan itu dulu adalah karyawan di sebuah perusahaan
sebagai tenaga pengelola keuangan perusahaan. Pekerjanan atau tugas yang diembannya
sangat cocok dengan kompetensi yang dimilikinya yaitu lulusan fakultas ekonomi
dari sebuah perguruan tinggi di Bandung namun ketika kontak beliau mengatakan
bahwa saat ini diberi tanggung jawab untuk mengelola SDM Perusahaan, sesuatu
yang menurut beliau seperti masuk dunia yang “gelap” hal itu dikarenakan
pengetahuannya sangat awam dibidang ini. Karena diberi tugas dan tanggung jawab
oleh perusahaan maka sebagai bentuk loyalitas kepada perusahaan beliau menerima
dan secepatnya mempelajari dengan mulai mengumpulkan referensi mengenai
pengelolaan SDM Perusahaan termasuk ingin berdiskusi dengan penulis, tentu hal
seperti ini penulis sambut dengan tangan terbuka dan siap membantu beliau.
Dalam diskusi dengan beliau, penulis melihat semangat yang tinggi untuk
belajar mengenai pengelolaan SDM Perusahaan namun disisi lain ada hal yang
tentu akan sedikit banyaknya mengganggu aktivitas beliau yaitu usia beliau yang
menurut penulis sudah tidak muda lagi karena sudah memasuki usia pensiun.
Penulis terlebih dahulu mendengar apa yang beliau ingin ketahui mengenai
pengelolaan SDM Perusahaan karena bagi penulis akan lebih mudah memberikan
pengetahuan ketika yang bersangkutan sudah mempelajari dan mengalami kesulitan
dalam memahami sebuah persoalan SDM Perusahaan, juga apa rencana kerja dan target kerjanya kedepan.
Dengan demikian penulis akan memberikan pemahaman atau pengertian yang akan
mempermudah beliau dalam mengimplementasikannya, selain itu penulis harus
mengikuti pola atau alur pemikiran beliau dalam mengelola SDM Perusahaan dan
juga memberikan saran sesuai pengalaman penulis, agar bisa berjalan dengan
lancer maka penulis mempersilahkan beliau mengontak penulis melalui telepon
jika mendapat permasalahan dalam mengelola SDM Perusahaan.
Jika mengamati apa yang dialami oleh kawan lama penulis, dimana pada
usia yang telah memasuki masa pensiun, beliau diberi tugas yang tidak sesuai
kompetensinya tentunya akan menimbulkan pertanyaan tentang apa yang
melatarbelakangi perusahaan memberikan tugas kepada seorang karyawan yang akan
memasuki usia pensiun pada jabatan strategis seperti itu. Ada beberapa asumsi
yang timbul dalam pemikiran penulis dan ini memang juga sering dilakukan oleh
managemen kepada personal tertentu , yaitu :
1.
Perusahaan
memberikan tugas yang menantang bagi seorang karyawan dengan tujuan untuk
melihat apakah karyawan itu dapat bertahan atau tidak atau malah menolak tugas
itu, sejenis ujian dalam rangka rencana tugas selanjutnya yang akan diberikan
perusahaan kepada karyawan tersebut, dimasa yang akan datang.
2.
Karena
banyaknya persoalan menyangkut keuangan yang ada di dapartemen SDM maka
diperlukan orang dengan kemampuan manajerial keuangan untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan dimaksud atau persoalan-persoalan non ke sdm an yang harus
diselesaikan sehingga tidak diperlukan pengetahuan pengelolaan sdm yang tinggi.
3.
Tidak
tersedianya karyawan dengan level tertentu (gaji) untuk menduduki posisi pengelola sdm sehingga perlu diangkat
karyawan yang mempunyai level sesuai persyaratan dengan tidak melihat
kompetensinya namun mungkin saja lebih kepada efisiensi.
4.
Sebaliknya
ada perusahaan yang mempunyai pandangan bahwa departemen sdm hanya pelengkap
saja sehingga keberadaannya bukan sesuatu yang strategis,jika seperti ini maka
pemberian tugas untuk mengelola SDM Perusahaan hanya karena mempersiapkan
seorang karyawan memasuki masa purnakarya alias pensiun, jadi tidak mempunyai
pengaruh apa-apa terhadap perusahaan maupun kepada karyawan dimaksud.
Keempat point diatas merupakan keputusan-keputusan yang pernah dilakukan
sepanjang penulis ketahui baik itu langsung melaksanakan ataupun hasil diskusi
dengan rekan-rekan sesama pengelola SDM Perusahaan.
Secara personal yang mengalami hal itu, seperti juga kawan saya diatas,
beliau ini sepertinya mengalami kekhawatiran tidak mampu melaksanakannya namun
dilain pihak, beliau juga harus bertahan diperusahaan daripada menolak artinya
lonceng kesusahan akan datang karena bisa perusahaan tidak lagi memberi
kesempatan bekerja, hal ini menjadi dilema buat beliau.
