Pertarungan kesempatan
Written on 17.29 by Ed's-HRM
Ketika bertemu dengan seseorang yang sudah lama berpisah dan sebagai kawan lama pertemuan itu tentunya dijadikan momen untuk membicarakan pengalaman masing-masing yang tentunya ada hal-hal yang menarik untuk diceritakan. saling berbagi cerita pengalaman masing-masing, mulai dari pembicaraan tentang keluarga sampai dengan pekerjaan. Kami berpisah sudah hampir 10 tahun dimana kami awalnya bekerja pada sebuah perusahaan yang sama dan secara bersama pula berhasil menduduki jabatan yang mapan, seiring dengan berjalannya waktu, secara mendadak kawan ini menyatakan untuk segera mengundurkan diri dari perusahaan dengan alasan ingin berkarir diluar perusahaan. Pernyataan ini membuat saya bertanya-tanya kenapa kawan ini ingin mundur sementara karirnya di perusahaan demikian meroket, hal ini juga yang dipertanyakan oleh rekan-rekan kerja yang lain pada saat itu. Untuk diketahui perusahaan kami ini adalah perusahaan besar milik pemerintah dan sudah go publik, jadi tentunya bukan perusahaan sembarangan dan juga merupakan perusahaan yang mempunyai prospek kedepan.
Setelah hampir dua tahun kawan saya menghilang tanpa kabar, ada keinginan saya untuk juga mengundurkan diri dari perusahaan dan yang menjadi alasan pada saat itu adalah bahwa saya ingin juga berkarir di luar perusahaan, sebuah alasan yang mungkin ini alasan klise karena hampir semua orang yang keluar dari perusahaan mempunyai alasan seperti ini. Memang alasan seperti ini akan menyulitkan para pengelola SDM perusahaan untuk mempertahankan mereka karena selain tidak bisa memberikan jaminan yang terbaik juga adalah bahwa mengundurkan diri merupakan hak dari individu karyawan, selain itu apabila ada karyawan yang mengundurkan diri akan mendapat perlindungan atau diatur juga dalam Undang-undang Tenaga Kerja.
Kembali pada topik bahasan kita kali ini yaitu mengenai alasan individual untuk mengundurkan diri dari perusahaan, setelah berbicara secara pribadi dengan mereka maka ada beberapa alasan yaitu :
- adanya keinginan untuk berusaha sendiri karena mereka merasa sudah cukup lama bekerja dibawah perintah orang lain.
- adanya keinginan bergabung dengan perusahaan lain karena demografis artinya karena lokasi perusahaan yang baru berada pada lokasi yang memang menguntungkan mereka secara pribadi dan keluarga.
- adanya keinginan bergabung dengan perusahaan lain karena merupakan tantangan baru artinya bekerja dengan perusahaan yang baru, sistem dan produk yang berbeda tentunya membawa tantangan tersendiri.
Dari ketiga alasan yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa mereka keluar karena ingin adanya perubahan pada diri mereka artinya bahwa perubahan bisa dilakukan oleh mereka sendiri bukan oleh orang lain dan ini adalah sebuah sikap individual yang harus dihargai oleh semua pihak didalam perusahaan.
Ada yang menarik pada alasan yang tertulis pada point 3 yaitu mereka ingin tantangan yang baru artinya bahwa mereka mencari kesempatan (peluang) baru dengan meninggalkan kesempatan (peluang) yang sudah ada pada genggaman tangan mereka, kondisi inilah yang dapat kita sebut sebagai sebuah pertarungan kesempatan. Kondisi ini bukan tanpa resiko karena ketika berhasil tentu merupakan sebuah nilai atau prestasi sementara jika gagal tentunya akan membuat masa depan mereka semakin buram saja tetapi saya yakin bahwa mereka yang menginginkan perubahan, tidak akan pernah menyerah pada satu kondisi saja, mereka akan terus berusaha dan berusaha sampai tujuan mereka tercapai.
Ketika seseorang ingin melaksanakan pertarungan maka tentunya mereka akan melakukan persiapan yang matang, baik untuk senjata maupun situasinya, karena seperti ditulis diatas bahwa kegagalan merupakan harga yang mahal karena hilangnya sebuah kesempatan sehingga harus mengulang dan mengulang lagi.
- Safety Player, yaitu individual yang melakukan pertarungannya melalui jalur aman, yakni dengan mempersiapkan segala sesuatunya dengan bantuan tertentu salah satunya melalui jaringan (network) keluarga atau pertemanan termasuk didalamnya keluarga alumni tertentu. Model ini tentunya mampu memperkecil resiko (low risk) tetapi dari sisi lain kemampuannya yang merupakan senjata atau amunisi yang dimiliki belum teruji penuh.
- Single Fighter, yaitu individual yang dengan keyakinan penuh akan mampu bertarung sendiri, dan dengan kemampuan yang dimilikinya serta rasa optimis akan mampu mengambil setiap kesempatan yang ada. Individual seperti ini tentu menyadari bahwa ia telah mengambil resiko tinggi (high risk) dengan pertaruhan adalah masa depannya sendiri. Model seperti ini bagi seseorang merupakan ujian penuh atas kemampuan yang dimilikinya termasuk didalamnya adalah mental.
Dalam prosesnya ternyata kedua kategori ini juga ada yang saling melengkapi artinya ketika seseorang sebagai safety player namun setelah bekerja di beberapa perusahaan dan mempunyai pengalaman yang banyak, yang bersangkutan kemudian berubah menjadi single fighter, demikian juga sebaliknya, setelah beberapa perusahaan dimasukinya, seorang single fighter akhirnya mempunyai jaringan sendiri dan berubah menjadi safety player, bagi mereka yang penting adalah selalu terjadi perubahan dari waktu ke waktu.
Pertarungan kesempatan ini akan terus berlangsung dan akan semakin kompetitif karena para individual akan semakin banyak dengan tingkat kemampuan yang semakin tinggi juga, termasuk didalamnya adalah para tenaga kerja asing yang terus merangsek masuk di era globalisasi ini. Bagi yang menyukai tantangan tentu hal ini akan semakin membuat adrenalinnya bertambah karena tentunya akan ada kepuasan tersendiri bila nantinya berhasil, sementara itu sebaliknya juga bagi yang belum mempunyai mental yang kuat tentunya akan berfikir ulang untuk melakukan pertarungan.
Ditempat yang lain yakni di perusahaan yang telah ditinggalkan oleh mereka-mereka yang ikut pertarungan kesempatan diluar perusahaan maka akan terjadi kekosongan yang harus segera diisi oleh mereka-mereka yang masih tinggal di perusahaan atau para pengelola SDM perusahaan harus mencari lagi dari luar perusahaan. Dengan kondisi seperti ini tentunya memberikan peluang yang besar bagi mereka yang tinggal karena persaingan semakin rendah bahkan mungkin ada perusahaan yang dengan terpaksa mengangkat orang yang ada saja, ini artinya sudah tidak ada persaingan lagi di perusahaan. Kondisi ini juga mengisyaratkan bagi mereka yang tinggal bahwa diangkat menjadi pejabat saat ini bukan merupakan kebanggaan karena diraih tanpa persaingan atau tidak melalui pertarungan kesempatan sehingga apakah yang bersangkutan punya kemampuan yang sesuai atau tidak, belum teruji. Selanjutnya bagaimana dengan individual yang masih juga tidak mendapat kesempatan untuk diberi tanggungjawab oleh perusahaan padahal persaingan sudah semakin demikian rendah, buat saya ini menjadi tugas yang berat bagi pengelola SDM perusahaan, untuk membuat mereka mempunyai karir yang jelas atau jika tidak bisa juga maka harus ada langkah berani seperti misalnya memberikan pensiun dini.
Banyak yang mengatakan bahwa mereka yang tinggal di perusahaan itulah yang disebut safety player, mereka merasa aman berada di perusahaan atau disebut juga mereka sedang berada di zona nyaman (comfort zone), karena itu mereka tidak terlalu memikirkan perubahan apalagi harus mengambil resiko, sehingga yang mereka pikirkan adalah bekerja seperti biasa dan menunggu waktu pensiun tiba, saat itulah mereka baru keluar dari perusahaan. Bagi mereka yang berada pada posisi yang tinggi biasanya mendekati pensiun adalah waktu yang menggelisahkan karena mereka sadar dan takut bahwa akan mengalami post power sindrom, bahkan ada yang mengatakan bahwa mereka belum siap untuk pensiun.
Banyak perusahaan yang mempersiapkan mental para karyawan untuk menjalani masa pensiun mereka dan salah satu caranya adalah adanya program kegiatan pra pensiun, mereka ini diberi pengetahuan maupun kemampuan yang lain untuk mengisi masa pensiun mereka, itu artinya bahwa perusahaan telah memberikan senjata kepada para pensiunan perusahaan untuk bertarung kesempatan walaupun dalam bentuk yang lain, dan apakah para pensiun juga sudah dapat atau siap menerima pertarungan itu atau tidak, hanya mereka yang tahu.
Tulisan ini tidak untuk menghakimi seseorang karena hidup memang pilihan termasuk didalamnya masalah pekerjaan, kita sendiri yang harus memilih, dengan segala resiko yang harus kita tanggung nantinya karena walau apapun pilihan kita semua tentu akan mengandung resiko, namun kita harus mampu meminimalkan resiko, jadi sekali lagi anda boleh memilih………